Unggul dalam Mutu Berdaya Kompetitif

Unggul dalam Mutu Berdaya Kompetitif
LOGO KSC

Sabtu, 19 Februari 2011

Tahap penyesuaian hubungan ; kenali, jangan hujani syarat apapun pada dirinya


 
kita terlahir di dunia ini oleh Tuhan tidak memberikan satu syarat apapun, sang ibu pun ikhlas melahirkan kita pun tanpa syarat. Mengapa kita hanya ingin mencintai orang yang kita kasihi harus memberikan syarat padanya? Janganlah kotori sucinya cinta dengan kotoran materi apapun itu.....

Miftah el-Yashfie


Pada hakikatnya, tahap penyesuaian dalam sebuah hubungan tiada batasnya. Di mana belum ada kecocokan antara pasangan kekasih, maka tidak ada kecocokannya itu masih membutuhkan penyesuaian. Sebuah penyesuaian bukan hanya dari diri pribadi pasangan, melainkan semua hal, baik itu keluarga maupun lingkungan itu butuh penyesuaian. Sehingga Anda sendiri pun juga harus menyesuaikan diri dengan keluarga dan lingkungan pasangan Anda. Keluarga yang bagaimanapun dan lingkungan keluarga yang bagaimanapun, Anda harus bisa menerima apa adanya. Kalau bisa jangan ada syarat sedikitpun dalam memaknainya. Jika syarat itu ada, maka Anda sangat rentan sekali untuk dihinggapi rasa kejengkelan. Ketika muncul pada hati Anda sebuah kejengkelan tentang sesuatu keadaan pasangan Anda, maka rasa itu akan mengancam eksistensi hubungan Anda sendiri.
Penyesuaian, dalam hal ini menjadi penting karena dalam tahap inilah Anda dapat secara penuh mengenali pasangan Anda, mulai diri pribadi, keluarga dan lingkungannya. Baru penyesuaian saja Anda sudah gagal, maka akan sulit untuk masuk dalam tahap berikutnya. Kalaupun bisa, maka akan tersa berat karena belum ada kecocokan secara naluriah. Kecocokan semacam ini tentu tidak mudah membuatnya. Harus ada keterbukaan dan alamiah hubungan, apa adanya.
Ada sebuah kisah nyata yang sempat mengharu biru akhir-akhir ini. Sebuah kisah yang sempat mengundang ratapan takjub para pemirsa Metro TV. Pandangan terfokus pada tokoh utamanya, yakni Bp. Eko Pratomo Suyatno, seorang Direktur Fortis Asset Management yang sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dalam memajukan industri Reksadana di Indonesia. Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi,usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit. Istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi. Setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran menyuapi dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari, ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing- masing dan pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. Bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”. Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata, ″sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak,dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.”Anak-anakku. Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian Tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini? kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaannya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.”Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak Suyatno
merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa2. Di saat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak Suyatno bercerita.”Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata,dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit,,,”
Nah, cerita di atas adalah segelintir cerita dari para pejuang cinta. Cinta tidak sebegitu mudah didefinisikan, begitu ringkas namun mempunyai makna yang amat dalam. Kita, dalam hal ini tertuntut memberikan ketulusan dalam menjalin sebuah hubungan. Pada tahap penyesuaian inilah, karakter kita akan terbentuk dan yang menjadikan arah bagi masa depan kita  ke depannya. Kita seharusnya merasa wajib menjaga keharmonisan dan keutuhan hubungan dengan cara yang baik tanpa kekerasan. Oleh sebab itu dari awal memilih pasangan hidup jangan asal pilih saja karena semua itu akan menentukan kondisi rumah tangga kita kelak. Memiliki pasangan hidup yang harmonis dan bahagia adalah impian semua orang.
Oleh karena itu, di bawah ini adalah beberapa trik untuk menjalin hubungan dengan pasangan hidup yang bahagia yang sayang dan cinta kepada kita :
1. Jujur apa adanya dan terbuka pada pasangan
2. Ciptakan kondisi yang menyenangkan
3. Tidak emosi dan banyak menuntut
4. Mengutamakan kebersamaan pasangan
5. Membuat komitmen jangka panjang
6. Bijak dan tegas dalam menghadapi masalah
7. Mendambakan keluarga yang soleh dan memegang teguh agama
8. Perhatian penuh ke masa depan
9. Hidup sederhana dan tidak mengejar harga semata
10. Peka pada lingkungan sekitar dan hidup bersosial
11. Tidak membawa masalah kantor ke pasangan atau ke rumah kalau sudah punya
12. Membiasakan gaya hidup sehat secara bersama
13. Saling membantu dan tolong menolong
14. Tidak otoriter dan mengutamakan musyawarah
15. Memilih lokasi hiburan atau merencanakan tempat tinggal yang baik
16. Menjalin ikatan silaturahmi pada masing-masing keluarga pasangan
Beberapa tips di atas tak akan terlaksana jika diantara kedua pasangan belum ada komitmen menjalani hubungan atau pacaran dengan serius. Keseriusan pacaran ini menjadi awal kebahagiaan namun juga sekaligus menjadi awal kehancuran kalau tidak dilaksanakan dengan pebuh tanggung jawab. Komitmen bersama tentang cinta menjadi penting dalam hal ini. Oleh karenanya perlu diuraikan bagaimana sesungguhnya menjalani pacaran itu jika dihadapkan dengan problematika yang kian ruwet. Di antara kita menilai keseriusan pacaran harus dijalin komitmen seperti di bawah ini :
1. Proses Peralihan dari "Subjective Love" ke "Objective Love."
"Subjective love" sebenarnya tidak berbeda daripada manipulative love yaitu "kasih dan pemberian yang diberikan untuk memanipulir orang yang menerima". Pemberian yang dipaksakan sesuai dengan kemauan dan tugas dari si pemberi dan tidak memperhitungkan akan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh si penerima. Sesuai dengan "sinful nature"nya setiap anak kecil telah belajar mengembangkan "subjective love". Dan "subjective love" ini tidak dapat menjadi dasar pernikahan. Pacaran adalah saat yang tepat untuk mematikan sinful nature tersebut, dan mengubah kecenderungan "subjective love" menjadi "objective love". Yaitu memberi sesuai dengan apa yang baik yang betul-betul dibutuhkan si penerima.
2. Proses Peralihan dari "Envious Love" ke "Jealous Love."
"Envious" sering diterjemahkan sama dengan "jealous" yaitu cemburu. Padahal "envious" mempunyai pengertian yang berbeda. "Envious" adalah kecemburuan yang negatif yang ingin mengambil dan merebut apa yang tidak menjadi haknya. Sedangkan "jealous" adalah kecemburuan yang positif yang menuntut apa yang memang menjadi hak dan miliknya.
3. Proses Peralihan dari "Romantic Love" ke "Real Love."
"Romantic love" adalah kasih yang tidak realistis, kasih dalam alam mimpi yang didasarkan pada pengertian yang keliru bahwa "kehidupan ini manis semata-mata". Kita yang berpacaran biasanya terjerat pada "romantic love". Mereka semata-mata menikmati hidup sepuas-puasnya tanpa coba mempertanyakan realitanya, misal:
Ø      Apakah kata-kata dan janji-janjinya dapat dipercaya?
Ø      Apakah dia memang orang yang begitu sabar, penuh tanggung jawab seperti yang selama ini ditampilkan?
Ø      Apakah realita hidup akan seperti ini terus (penuh cumbu-rayu, rekreasi, jalan-jalan, cari hiburan)?
Pada dasarnya cinta adalah proses. Sebegitu gampang mengatakan cinta, namun semua orang pasti tidak akan dapat membayangkan sebagaimana sulitnya menjaga cinta tersebut agar tetap subur dan bersemi di hati kita maupun di pasangan kita. Kisah pak Suyatno cukuplah buat kita sebagai gambaran bagaimana harus berkomitmen akan cinta yang kita katakan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar