Unggul dalam Mutu Berdaya Kompetitif

Unggul dalam Mutu Berdaya Kompetitif
LOGO KSC

Sabtu, 19 Februari 2011

Jaga Pasangan, Raih Kebahagiaan


 
Kini, kita dihadapkan dengan fenomena yang cukup unik. Suatu hubungan yang pada umumnya didasari atas dasar suka sama suka tentunya berbagai pertimbangan telah dilakukan sebelumnya. Meskipun begitu juga masih ada hubungan yang masih didasari murni cinta, baru kemudian melakkan pertimbangan sesuai dengan kriterianya. Namun, tidak dipungkiri telah terjadi hubungan yang mengalami putus nyambung-putus nyambung. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali putusnya. Oleh karena itu, fenomena ini butuh kejelian untuk segera menganalisisnya.
Teman sekolah saya di Kaliwungu, sebut saja namanya roni. Kala itu ia sudah menjadlin hubungan selama kurang lebih 2 tahunan. Dia baik, jujur, tanggung jawab, supel dan agresif. Begitu pula pacarnya yang sabar dan agak pendiam. Dalam menjalani hubungannya, ia penuh perhatian dan tidak sedikitpun mau berpaling dari kekasihnya itu. Bahkan saya kategorikan ia sebagai tipe orang setia.
Ia bercerita bahwa sebenarnya sudah ingin serius. Selama ini ia sudah meraba-raba seberapa besar cintanya itu. Semua orang jika sudah komitmen, maka ia pasti mempertahankan hubunga seklaigus membinanya. Akan tetapi, tidak demikian dengan teman saya itu. Dalam 1 minggu ia menyempaptkan setidaknya 3 kali untuk kleuar makan. Dan setiap itu pula, ketika bersama sang pacar ia merasa tidak nyaman karena sering kali sang pacarnya itu membicarakan aib teman-temannya sendiri. Semua kkejelekan temannya diceritakan padanya sampai terkadang nafsu makannya hilang. Berulang kali ia menasehati, namun tetap saja tidak mau berubah. Kejadian seperti ini, berulang-ulang sampai roni mengalami titik kebosanan.
Sampai pada suatu ketika, roni mengalami tekanan batin dari ibunya untuk ikut pamannya bekerja di kalimantan. Iapun mengajak lkeksihnya makan bareng, niatnya ingin menumpahkan tekanan itu padanya. Namun, belum bercerita sedikitpun, lagi-lagi ia mendengar sang pacar membicarakan temannya lagi. Tak lama ia menhan amarah, tertumpah juga kata putus dari mulut roni.
Cerita tidak sampai disini, setelah mereka aktif sms-an, entah kenapa setelah 1 minggu mereka baikan lagi. Namun tidak lama mereka putus lagi gara-gara ibunya sang pacar tidak merestui.namun, mereka nekat setelah putus mereka menjalin hubungan lagi, dan seterusnya sampai 5 kali.
Lain roni, lain pula neila. Yah, neila ini juga sempat mengalami kegagalan dalam hubungan. Sahabat saya yang satu ini, setelah menjalin hubungan kian lama akhirnya putus juga di tengah perjalanan. Ia sempat mengatakan putusnya hubungan bukan berarti putus ikatan perkenalan. Sesungguhnya teman jadi hubungan selanjutnya. Kita bukan  anak kecil yang setelah bertengkar terus jadi musuh. Dengan mantap ia berujar sepertoi itu, entah keterpaksaan atau memang dari lubuk hatinya. Yang jelas ketika seseoorang sudah berpikir putus, maka segala cara, apapun itu, akan terbersit di otaknya. Dan dari otaknya itulah, ia menyuruh seluruh anggota tubuhnya untuk melakkan apa yang ia inginkan.
Sampai di sini, apakah anda pernah mengalami musibah yang namanya putus? Anda yang diputus ataukah pelakunya? Sungguh, yang saya ingin katakan dan tegaskan adalah meskipun masalahnya itu sebesar gunung, luasnya seluas lautan, dan tingginya setinggi langit, bahwa yang namanya putus itu pada hakikatnya tidak menyyelesaikan maslah justru memperkeruh masalah. Apakah ada manusia di dunia ini yang hidup tanpa dilema? Berdo’a sepanjang umurpun tidak akan mempenagruhi irodah-Nya Tuhan dalam menguji setiap hamba-Nya. Coba perhatikan hadits di bawah ini :
“sesungguhnya, manakala Allah mencintai seorang hamba maka niscaya Allah akan menenggelamkan hamba tersebut ke dalam berbagai musibah dan kesulitan”
(Al-Hadits)
Pada umumnya, tidak ada musibah ataupun kesulitan yang manis. Namun, apa jadinya jika cinta Allah pada kita diwujudkan dalam bentuk musibah? Begitu juga dengan putus. Itu bisa dikatakan musibah jika kita tiidak mampu menyelesaikannya dengan baik-baik. Bagaimana kita bisa merasakan bentuk kecintaan Allah jika kita selalu roboh dalam menghadapi tantangan-Nya. Oleh karena itu, pada pembahasan buku ini dijelaskan mengenai akar permasalahan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar