Kejengkelan hanyalah bayangan dari energi negatif dari diri kita. Ilusi menjadi jika kita menuruti energi tersebut. Memakai logika dalam masalah ini mungkin sedikit dapat membantu menyelesaikannya.
Miftah el_Yashfie
Tak terhitung berapa banyak pemicu kejengkelan dalam hidup ini. Peristiwa itu bisa datang dari siapapun termasuk pacar sendiri maupun keluarga. Meskipun itu juga benda dapat juga bagi kita menjadi hal yang menjengkelkan. Ambil contohnya saja printer yang macet pada butuh ngeprint tugas untuk presentasi.
Dosen yang selalu memberikan tugas juga bisa membuat Anda jengkel. Sahabat yang hanya mau senang-senang saja bersama kita juga dapat membuat kita jengkel. Orang tua yang selalu menuntut lebih tanpa memberikan fasilitas juga dapat membuat jengkel diri kita ataupun barang yang dipinjam teman tidak dikembalikan juga dapat membuat kita jengkel. Pendek kata, banyak hal yang bisa membuat kita merasa jengkel.
Kalau kita menuruuti kejengkelan itu sendiri pastilah kita menanyakan mengapa hidup ini terasa menjengkelkan ya?? Menyebalkan! Merongrong emosi yang membuat diri kita bersahabat dengan setan!. Pada hal itu hal yang lumrah dan masuk akal seha. Secara logika, jawabannya, dari sisi orang/benda yang membuat kita jengkel, kejengkelan akan hilang begitu kita berhasil “menjinakkan” orang/benda yang menjengkelkan tersebut. Tetapi, seandainya kejengkelan itu dari sisi kita sendiri? Inilah akar masalahnya. Cobalah Anda berpikir dulu sebab mana yang Anda merasa jengkel.
Jika kita adalah pribadi yang sensitif jengkel alias berkarakter menjengkelkan, maka entah itu berhadapan dengan orang yang menjengkelkan atau tidak, kita niscaya akan cenderung jengkel. Jika pun kita berhasil “menjinakkan” orang yang menjengkelkan, tetapi kita gagal “menjinakkan” jiwa kita sendiri yang menjengkelkan, tetap saja kita akan merasa jengkel. Maka hari-hari kita akan selalu diselimuti oleh emosi dan diperkosa oleh rasa jengkel, sebal, dan muak.
Kejengkelan menurut saya berkembang biak bagai virus yang mematikan di kedalaman jiwa dan pikiran kita. Untuk itu kita harus memahami dahulu hakikat kejengkelan, memahami hubungan antara emosi, hati, dan pikiran, memahami bahwa orang-orang yang menjengkelkan itu bisa saja suatu hari menjadi guru yang baik dalam kehidupan kita, dan memahami bagaimana melakukan metode olah terapi hati dan pikiran agar hidup kita tidak dicekam suasana menjengkelkan.
Nah, pada pembahasan ini saya akan membawa masalah kejengkelan dari satu sebab, yakni kejengkelan yang datang dari ucapan wanita, entah itu pacar atau bukan, yang sangat membuat takut dan jengkel bagi lelaki termasuk saya sendiri. Kalimat sepele yang biasa dilontarkan wanita juga bikin lelaki ketakutan setengah mati. Sekarang, kalimat apa saja yang bikin pasangan ketakutan ketika Anda mengucapkannya?
- Kamu kan pria………
Kalimat seperti ini di telinga pria terdengar tidak enak. Sedikit menjengkelkan mungkin. Pasalnya, mereka paling benci kalau wanita mempertanyakan maskulinitas mereka. Lagipula, biasanya wanita melontarkan kata-kata tersebut kalau ada maunya. “Kamu kan pria, harusnya kamu yang bayar makan malam kita.”
Atau juga mengenai masalah mengerjakan tugas, kadang ada kata-kata yang muncul seperti ini, “laptopku ngadat nih, kamu kan pria, pasti dong bisa mbenerin ini?” saya ucapkan selamat jika Anda sudah menguasai teknisi computer pasti bisa. Namun jika Anda sedikitpun tak mengetahui hal tersebut, maka celakalah Anda terjepit dengan situasi yang kurang mengenakkan. Pastinya Anda ingin berbuat untuk membereskannya, namun apa dikata tangan tak sampai. Akhirnya pun muncul sebuah kejenkelan kecil. Jika kecil-kecil seperti ini dilakukan tersu menerus maka suatu saat pasti akan menjadi besar.
Kalimat-kalimat diatas di mata pria membuat persepsi bahwa wanita tersebut banyak maunya. Sikap ini juga membuatnya ketakutan. Kalau tidak mau dia lari dari Anda, sebaiknya jangan terlalu sering mengatakan kalimat tersebut.
- Belakangan saya sering berpikir,….
Kalimat ini biasanya dilanjutkan dengan obrolan seputar pernikahan dan anak. Kalimat “Kalau kita punya anak nanti…” dapat membuat pasangan bak ditodong soal kelanjutan hubungan. Ketika pria memang sudah siap untuk berkomitmen, pertanyaan ini tidak akan membuat mereka kalang kabut. Sebaliknya, jika pria tampak belum serius membawa hubungan ke gerbang pernikahan, maka ia akan kewalahan menanggapi pertanyaan seputar pernikahan dan anak. Terpikir untuk menikah saja belum, apalagi sampai memiliki anak. Bisa jadi itu pikirnya. Kendati demikian, bukan berarti Anda tidak bisa mengarahkan keseriusan dia untuk menjadikan Anda pendamping hidup. Anda dapat sesekali berbagi khayalan, namun jangan terlampau sering. Sebab bisa jadi malah si dia kabur dan pergi menjauh.
Artinya pandai-pandailah Anda berempati pada pasangan Anda. Sebenarnya dalam situasi dan kondisi bagaimanakah ia sekarang. Soal pernikahan dan anak pastilah lambat laun itu menjadi pembahasan. Namun bukan berarti membahas masalah tersebut di manapun dan kapanpun. Ada waktu yang tepat untuk membicarakannya lebih dalam.
- Sayang, kamu lagi mikirin apa?
Sudah dari lahir, wanita ingin selalu tahu apa saja yang ada di pikiran pasangannya. takutnya, kalau pasangan tidak mau menjawab apa pertanyaan yang Anda lontarkan, mulailah Anda menghiasi pikiran dengan berbagai macam spekulasi serta pikiran negatif. Misalnya saja, pasangan Anda sedang memikirkan wanita yang barusan ketemu yang sedang berpikir sepertinya teman lama, tidak percaya lagi pada kita, dan sejuta dugaan jelek lainnya. Padahal, sudah menjadi sifat dasar pria lebih banyak diam saat sedang ada masalah.
Bila Anda ingin pasangan Anda bisa berbagi masalah, berhentilah untuk terus-menerus menerornya dengan pertanyaan-pertanyaan. Justru, sepatutnya Anda dapat memberi dia waktu untuk diam dan bepikir agar merasa nyaman untuk bercerita.
- Dia cantik ya?
Disuruh menilai wanita lain oleh pasangan sendiri adalah masalah besar bagi pria. Ibarat makan buah simalakama. Bilang enggak, pasti Anda tidak percaya sedangkan kalau bilang iya, ini malah bisa jadi perang besar di antara kalian. Siapa yang tidak takut berada dalam posisi serba salah? Maju salah, mundur lebih salah lagi. Saat paling tepat menanyakan hal ini adalah saat Anda menangkap basah pasangan sedang melirik wanita lain.
Semua hal-hal di atas merupakan penyulut kejengkelan. Artinya jika ada api pastilah ada yang menyalaknnya. Oleh karena itu, sebaiknya jangan bermain dengan api kalau tidak mau terbakar. Makna kejengkelan sebenarnya memberikan pengertian jika kejengkelan itu sebearnya dari diri kita sendiri. Secara garis besar tidak ada hal atau keadaan maupun situasi apapun yang menjengkelkan. Diri kita sendirilah yang menjengkelkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar