Unggul dalam Mutu Berdaya Kompetitif

Unggul dalam Mutu Berdaya Kompetitif
LOGO KSC

Selasa, 28 Desember 2010

Jurus Jitu Mempertahankan Pasangan

Di sekeliling kita meski banyak tipe pria dalam mengekspresikan kecintaannya pada pujaan hati. Karakter pria dingin sangat cenderung sekali sulit dan kaku dalam mengekspresikan kata cinta. Hal ini bukan di karenakan ekpresi anda yang kurang meyakinkan melainkan keraguan dan rasa malu yang menyelimuti diri anda. Artinya apa yang menjadi karakter seorang pria itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman empiris yang pernah dilakukan. Tentu bedakan antara pria yang belum pernah seklai pacaran dengan pria yang berulang-ulang kali pacaran. Nah, ini menandakan kemampuan pria yang lebih berpengalaman lebih besar dari pada yang tidak punya sama sekali di dalam menjaga pasangan.
Namun, bukan berarti membuktikan selamanya anda tak bisa bersikap penuh cinta, dan menjadi sosok pasangan romantis. Tetapi dengan mengumbar sedikit perhatian dan pesona, tanpa menunggu lama pasangan anda akan mengecap anda sebagai pria paling romantis di dalam hidupnya. Persepsi sangat berpengaruh dalam hal ini. Romantis dan tidaknya anda tergantung persepsi yang diterima pasangan. Oleh karena itu, maka sebaiknya anda menyiapkan jurus-jurus jitu dalam menjinakkan pasangan anda. Saya ingin katakan, jadilah orang yang romantis supaya pasangan anda merasa nyaman. Di bawah ini, ada 7 langkah kiat menjadi orang romantis yang mungkin bisa membantu anda :

1.Wakili hati anda dengan bunga
Berbicara tentang cinta kadang muncul salah paham. Indikasi orang cinta tidak sepenuhnya bisa dipahami oleh orang yang dicintainya. Mengapa demikian? Karena alat yang anda gunakan untuk mengapresiasikan perasaan itu belum representatif. Contoh jika anda sedang didiamkan oleh kekasih anda dan anda sendiri sebenarnya sudah memaafkan begitupun juga kekasih anda. Selama berhari-hari anda tidak seklaipun menghubunginya. Anda hanya selalu mengirimkan bunga tiap kali dia berangkat aktifitas. Kira-kira apa yang terjadi dengan kekasih anda itu? Tentunya bunga itu sudah mewakili perasaan anda.
Meski bibir anda begitu kelu menyampaikan kata maaf, namun kehadiran bunga bisa menjadi salah satu alternatif yang bisa mencairkan suasana. Sehingga ketika anda mendatanginya, maka tidaklah ia mamsih marah pada anda. Oleh karena itu, Alangkah baiknya bila anda menyiapkan rangkaian bunga mawar merah yang indah untuknya. Letakkan di suatu tempat yang mudah terlihat atau mungkin di depan rumahnya sekalian. Lalu selipkan sebuah kalimat "dunia tak akan secerah ini tanpa senyumanmu. Mengapa senyummu hari-hari ini kabur entah kemana. Jangan lama-lama ya ngambeknya. Senyummu ku nanti di (tempat yang anda inginkan)" di dalamnya.

2.1000 alasan anda mencintainya
Banyak cara untuk meredamkan amarahnya kekasih. Seharusnya langkah yang harus kita lakukan adalah mengetahui alasan dia marah. Yang jelas pasti dia punya alasan. Jika tidak, waspadalah bisa saja pasangan anda sedang menguji kesetiaan anda. Satu alasan yang paling banyak adalah mengenai berkurangnya rasa cinta. Kadang seorang pasangan merasa ragu-ragu bila setelah di sakiti. Apakah dia masih cinta ataukah tidak. Dan untuk menjadi pasangan yang romantis, anda bisa memulainya dari hati anda, bukan dari kepura-puraan anda bersikap romantis. Caranya mudah, cukup tulisankan 1000 alasan anda mencintainya pada sebuah kertas atau karton besar dan ungkapkan pula anda tak bisa berpaling darinya. Pastinya cara ini akan membuat si dia semakin memperhatikan hubungan. Salah satu trik pada contoh ini oadalah berbuatlah sesuatu yang di luar nalar menuurt keumuman. Meskipun begitu, tujuannya adallah hanya untuk membuktikan kesungguhan cinta anda.

3.Katakan siap mati untuknya

4.Ucapkan, Kamu pencuri hatiku!
Memang tak mudah bagi pria dingin mengungkapkan isi hati, namun jika anda ingin beralih menjadi pasangan yang romantis, salah satu langkah yang wajib anda tempuh adalah dengan mengakui perasaan anda yang sebenarnya. Ingin mengemasnya semenarik mungkin, anda pun bisa memulainya dengan mengambil sebuah karton besar dan gunting hingga menjadi bentuk hati kemudian tuliskan "Apakah kamu tahu? Kamu adalah pencuri hatiku." Tentunya sederet kalimat mesra ini bisa membuat hatinya berbunga-bunga seperti di awal pertemuan si dia berjumpa dengan anda.

5.Kencan menawan hati
Hubungan indah tak akan lengkap tanpa sebuah kencan yang menggetarkan hati. Sebuah kencan di akhir pekan bisa menjadikan hubungan anda bersama kekasih semakin hangat dan langgeng. Rencanakan sebuah kencan romantis sejak sekarang agar anda tak binggung menetukkan lokasi kencan. Jika bosa menikmati kencan di mall atau bioskop, berkemping atau menikmati kencan pantai bisa menajadi salah stau kegiatan yang menyenangkan.

6.Perhatian setulus hati
Banyaknya kata cinta kadang kala tak terbukti ketika saat pasangan dalam sebuah masalah justru anda sibuk dengan kegiatan anda. Bila anda ingin lulus seleksi dan menyandang predikat pasangan romantis di matanya, mulailah dengan memperhatikannya setulus hati dan belajar menerima pasangan apa adanya. Dengan cara ini tentu akan membuat hubungan terasa lebih indah, bahkan pasangan anda tak perlu lagi bersedih karena tergantikan oleh kehangatan pelukan anda yang menyejukkan hatinya.

7.Berikan dia sesuatu yang sebelumnya belum pernah sama sekali ia terima


Sebagaimana apa yang sudah dijelaskan di awal bab ini, dampak terbesar jika ada sebuah hubungan yang kurang harmonis adalah putus. Bahkan sampai putus nyambung-putus nyambung. Jika anda mengalami hal ini, maka indikatornya tidak lain adalah hubungan anda belum matang sehingga kurang bisa menghadapi konflik. Akibatnya, kata putus sering kali diucapkan. Putus sambung berkali-kali menandakan hubungan tidak sehat. Artinya jika anda ingin dianggap sehat menurut psikis maupun nalar, maka pertimbangkanlah matang-matang keputusan anda tersebut. Keputusan untuk putus seharusnya bukan keputusan bangun tidur, keputusan semalam, tapi sudah melalui proses perenungan yang cukup panjang. Bila hanya mengandalkan emosi akan sulit karena Anda akan berkali-kali mengalami putus sambung, tapi akar persoalannya tidak pernah selesai. Pahami dulu akar konflik, jangan tergesa-gesa main emosi. Jika akar konflik tersebut belum diselesaikan, maka selamanya masalah anda juga tidak akan pernah selesai.


Sebelum terucap putus, perlu dicari tahu dulu permasalahan yang sesungguhnya terjadi di antara Anda berdua, apakah menyangkut ketidakcocokan pendapat atau yang lebih fatal, misalnya menyangkut prinsip. Bila karena kebiasaan atau karakter yang beda, perlu juga Anda tanya pada diri sendiri, apakah Anda bisa menyesuaikannya atau tidak. Bagaimana bila ternyata setelah kata putus diucapkan, pasangan ingin kembali menjalin hubungan? Ada beberapa hal yang perlu dilihat bila pasangan ingin minta kembali pada Anda, di antaranya:
1. Cari tahu sumber konfliknya apa dan tanyakan bisakah Anda berdua mengatasi atau mencari jalan keluarnya.
2. Adakah perubahan dalam dirinya? Hal ini perlu dibuktikan dulu dengan kesungguhannya, perubahan sikapnya. Jangan buru-buru memutuskan iya sebelum Anda yakin dia telah berubah.
3. Jangan memutuskan kembali pada pasangan hanya karena kasihan, tidak bisa mengatasi rasa kangen, dan sebagainya. Tapi pastikan Anda sudah berhitung untung ruginya.
4. Beri waktu. Hindari berhubungan lagi setelah kata putus. Anda perlu waktu untuk diri sendiri, setidaknya untuk melihat persoalan secara jernih.

Tips Membuat Pasangan Merasa Nyaman

Cara membuat pasangan atau pacar merasa nyaman dengan kita :

1. Jika kamu ingin dihargai, maka terlebih dahulu belajar bagaimana cara mengharga dia.
Jangan terlalu memaksakan kehendak kamu ke si dia, biarkan berjalan dengan apa adanya, terima kekurangannya dan perbaiki kekurangan kamu.
2. Tetap tampil menarik di depan si dia.
Kebanyakan dari kita bersikap sok cuek ketika kita sudah mendapatkan pacar. Pikir dlam hati sih "ah dia kan sudah pacar aku, pasti dia ngerti". Pikiran seperti ini sebenarnya salah, berusahalah untuk tampil seoptimal mungkin.
3. Jangan membuat komitmen yang berlebihan
Ada pasangan yang membuat komitmen yang berlebihan, seperti kamu harus manggil aku inilah, kamu harus beginilah, kamu harus seperti inilah. nah hal ini harus dihindari.
4. Romantis itu penting!
Banyak pasangan yang apabila sudah menjalani hubungan lebih dari 1 tahun atau yanhg bisa dibilang lama, melupakan hal yang namanya romantis, sehingga terkesan hubungan tersebut hambar. Sebenarnya romantis itu sangat berperan penting yang akan membuat pasangan selalu senang ketika berada di dekat kita.
5. Jangan mengekang harus selalu dengan kamu!
Nah poin ini banyak dilupakan oleh kita, kebanyakan dari kita apabila lagi sayang-sayangnya merasa selalu ingin berdua saja. Sehingga menyebabkan kegiatan si dia terganggu. Awalnya sih memang berjalan lancar, tapi lihat beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian, teman si dia akan memberi saran tentang sifat buruk kamu satu ini dan akhirnya putus deh.
6. Cemburu boleh asal jangan kelewatan!
Apabila kamu cemburu jangan kelewatan karena biasanya apabila kamu terlalu cemburu maka akan semakin banyak cobaannya. Percaya deh...

7. Jangan pernah menguji
Saya yakin diantara dari kamu pernah menguji seberapa besar rasa sayang atau cinta pacar kamu ke kamu. Walah hindari deh, karena hal ini akan berakibat fatal.

Studi Komparasi Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) melalui Penerapan Teori Belajar Modelling dan Observational Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Pokok Himpunan Di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011

  1. Latar Belakang Masalah
Aktivitas pelaksanaan pendidikan formal, tercermin salah satunya dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai aktivitas pendidikan dalam bentuk yang paling sederhana selalu melibatkan peserta didik dan pendidik. Dalam proses pembelajaran kedua belah pihak akan saling berkomunikasi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik dalam dalam proses pembelajaran adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
Matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatik dan abstrak (fakta, konsep dan prinsip). Karakteristik yang dimiliki matematika inilah yang menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta didik. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik, pendidik dan instansi pendidikan yang terkait. Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik yang berfikir konkret dibawa kepada konsep matematika yang bersifat abstrak tersebut.
Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual dalam pembelajaran. Pada usia 11 atau 12 tahun ke atas anak berada pada tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kogniti. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.1 Peserta didik kelas VII umumnya usia mereka 12-13 tahun, seperti yang dikemukakan oleh Piaget bahwa pada usia ini anak mulai berpikir abstrak. Walaupun pada usia ini anak sudah bisa berpikir abstrak tapi tahap ini adalah tahap awal anak berpikir abstrak sehingga belum sepenuhnya anak bisa berpikir abstrak.
Pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Peserta didik mengalami kesulitan matematika di kelas. Akibatnya, peserta didik kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika sehingga peserta didik mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah  model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). RME merupakan model pembelajaran matematika di sekolah yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi kehidupan peserta didik. Peserta didik harus di beri kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas pada semua topik dalam pelajaran matematika. Dengan demikian, RME menekankan pada ketrampilan process of doing mathematics,berdiskusi, berkolaborasi, beragumentasi, dan mencari simpulan dengan teman sekelas. Model pembelajaran RME dapat dipandang sebagai model pembelajaran yang dilaksanakan agar kompetensi dasar dapat dicapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan informal.2 Model pembelajaran ini akan membantu peserta didik yang belum sepenuhnya bisa berpikir abstrak.
Proses pembelajaran matematika di MTs NU Al Hidayah Kudus masih menggunakan metode ekspositori, pendidik hanya menerangkan materi kemudian memberikan soal latihan, dan tidak ada evaluasi setiap akhir pembelajaran. Dari sini tentu peserta didik yang kurang memahami materi dibiarkan saja tanpa ada penjelasan kembali dari pendidik. Dalam materi himpunan, peserta didik agak sulit memahami materi himpunan khususnya penyajiannya dalam diagram Venn. Tidak ada alat peraga yang mendukung dan penjelasan pendidik yang terbatas itu diantara alasannya. Bahkan sebagian nilai peserta didik pada satu kelas dalam materi ini di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ada 17 peserta didik dari 38 peserta didik yang nilainya di bawah KKM, sehingga dalam nilai rapor setelah mereka melakukan remidi nilainya hanya mencapai KKM yaitu 60.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir, berpasangan, berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.3 Peneliti merasa tertarik untuk membandingkan hasil belajar jika menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS. Di satu sisi model pembelajaran RME membantu peserta didik untuk mengkontekstualkan materi yang abstrak, dan hasil wawancara dengan pendidik kelas VII MTs NU Al Hidayah menunjukkan bahwa peserta didik terbiasa individual dalam mengerjakan soal. Sehingga dengan adanya model pembelajaran TPS akan melatih peserta didik untuk saling berbagi sehingga peserta didik yang kurang memahami materi bisa terbantu.
Himpunan adalah salah satu materi pokok yang diajarkan di kelas VII Semester II. Materi ini sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti himpunan peserta didik kelas VII A MTs NU Al Hidayah Kudus, mencari banyaknya peserta didik yang gemar matematika dengan diagram Venn. Oleh karena itu, materi himpunan cocok jika menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran RME. Materi himpunan pun cocok jika menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran TPS.
Dalam belajar peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori sehingga rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.4
Teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura (Modelling dan Observational Learning) menyatakan bahwa belajar pada diri individu tidak dibentuk oleh konsekuensi atas perilaku yang ditampilkan, namun belajar secara langsung dari model. Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model atau contoh atau teladan.5 Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment.6 Dengan adanya reward dan punishment peserta didik akan semakin memperhatikan penjelasan dari pendidik dan lebih semangat dalam belajar. Dari dua model pembelajaran di atas peniliti ingin membandingkan model mana yang lebih baik digunakan melaui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning terhadap hasil belajar peserta didik.
  1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. Adakah perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011?
  2. Hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011?
  1. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam penelaahan isi laporan penelitian ini, perlu
dijelaskan ruang lingkup yang diteliti serta beberapa batasan istilah sebagai
berikut :
  1. Studi Komparasi
Studi komparasi adalah studi yang bertujuan membandingkan dua
fenomena atau lebih.7 Atau dengan kata lain studi komparasi adalah penelitian yang bertujuan untuk membandingkan sesuatu dengan hal lain tetapi masih dalam satu sudut pandang. Dalam penelitian ini komparasi bertujuan untuk membandingkan hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning, dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning kelas VII pada materi pokok Himpunan Tahun Pelajaran 2010/2011 di MTs NU Al Hidayah. Komparasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan uji t (uji kesamaan rata-rata).
  1. Model Pembelajaran RME
RME terdiri dari tiga kata yaitu realistic artinya realitas, kenyataan. Mathematics adalah suatu ilmu yang mempelajari hal-hal abstrak berupa angka-angka dan geometri. Education artinya pendidikan. Jadi realistic mathematic education adalah suatu model pembelajaran atau pendidikan matematika yang bertolak dari konsep yang realistis/realitas atau dapat dikenali oleh peserta didik.
  1. Model Pembelajaran TPS
TPS terdiri dari tiga kata yaitu think artinya berpikir. Pair artinya berpasangan. Share artinya berbagi. Jadi Think Pair Share suatu cara diskusi kelas yang memberi peserta didik lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
  1. Teori Belajar Modelling dan Observational Learning
Teori Belajar Modelling yang dimaksud adalah pemodelan atau dalam kata lain pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Observational Learning artinya belajar melalui pengamatan. Jadi teori belajar Modelling dan Obervational Learning adalah belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model).
  1. Materi Pokok Himpunan
Himpunan merupakan materi pokok peserta didik kelas VII SMP/ MTs semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
  1. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
  1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011.
  2. Untuk mengetahui hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011.
  1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagi Pendidik
  1. Pendidik mendapatkan inovasi pembelajaran.
  2. Pendidik dapat meningkatkan kreativitas dalam pengembangan materi.
  3. Pendidik juga memperoleh suatu variasi pembelajaran terhadap materi Matematika, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
  4. Membantu pendidik berkembang secara profesional.
  1. Bagi Peserta Didik
    1. Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat menangkap pengetahuannya.
    2. Meningkatkan motivasi dan daya tarik peseta didik terhadap pelajaran matematika.
    3. Menumbuhkan kemampuan kerjasama dan ketrampilan berpikir peserta didik.
    4. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran matematika.
  1. Bagi Penulis
  1. Sebagai referensi bagi peneliti untuk melaksanakan pembelajaran matematika ketika terjun ke lapangan, sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat menumbuhkan suasana yang menyenangkan.
  2. Peneliti memperoleh pengalaman langsung bagaimana memilih pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman.
  3. Peneliti akan mempunyai dasar-dasar kemampuan mengajar dan memperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga diperoleh suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
  1. Bagi Lembaga Pendidikan
      1. Memberikan sumbangan positif tentang salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
      2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan /kemajuan pada diri pendidik dan pendidikan di sekolah tersebut.
      3. Penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang alternatif model-model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
  1. Penelitian yang Relevan
  1. Dalam skripsi Laeliyatul Marzuqoh mahapeserta didik Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang berjudul Efektifitas Model Pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Garis dan Sudut Semester II Kelas VII MTs Aswaja Bumi Jawa Tegal Tahun Ajaran 2007/2008. Menyimpulkan bahwa pembelajaran Matematika yang diperoleh melalui model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan ekspositori terhadap hasil belajar peserta didik pada materi Garis dan Sudut kelas VII tahun ajaran 2007/2008.8
  2. Dalam skripsi Rohmat Afendi mahapeserta didik Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang berjudul Penerapan Model RME (Realistic Mathematic Education) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Semester I Kelas IX A SMP NU 07 Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010. Menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian tindakan kelas, maka pembelajaran RME dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika khususnya materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.9
  3. Dalam skripsi Sukoco mahapeserta didik Universitas Negeri Semarang yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Realistic Mathemathic Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII D MTs Ribatul Mutaallimin Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Persamaan Linier Satu Variabel. Menyimpulkan bahwa rata-rata nilai yang dicapai adalah 6,5 dengan ketutasan belajar 89%.10
  4. Dalam skripsi Isti Rahmayani mahapeserta didik Universitas Negeri Semarang yang berjudul Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 4 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Pecahan. Menyimpulkan bahwa bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih
efektif dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran ekspositori.11
G. Uraian Materi
  1. Mengenal Himpunan
  1. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda-benda yang dapat didefinisikan dengan tepat dan jelas. Suatu himpunan di beri nama dengan huruf kapital, sedang anggotanya ditulis dalam tanda dua kurung kurawal.
Contoh: A = {hewan pemakan daging}
  1. Menyatakan suatu himpunan
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:
  1. Dengan kata-kata
  2. Dengan notasi pembentuk himpunan
  3. Dengan mendaftar anggotanya
Contoh: Misalkan B adalah himpunan huruf vokal, maka B dapat dinyatakan dalam beberapa cara, yaitu:
  1. dengan kata-kata
B = { huruf vokal}
  1. dengan notasi pembentuk himpunan
B = { | x adalah huruf vokal} dibaca sebagai berikut: B adalah himpunan x sedemikian sehingga x adalah huruf vokal.
  1. dengan mendaftar anggota-anggotanya
B = {a, i, u, e, o}
  1. Himpunan Kosong
Suatu himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan kosong dan diberi lambang atau { }.
  1. Himpunan Semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota (elemen) yang dibicarakan. Himpunan semesta dinyatakan dengan S atau U (Universum). Istilah lain untuk himpunan semesta adalah semesta pembicaraan.
Contoh: himpunan semesta untuk {0, 2, 4, 6, 8} dapat berupa {bilangan genap} atau {bilangan genap kurang dari 10} atau {bilangan cacah}.
  1. Diagram Venn
Untuk menyatakan himpunan serta hubungan antara himpunan dapat ditunjukkan dengan menggunakan diagram Venn. Diagram untuk suatu himpunan dinyatakan dengan daerah lengkungan tertutup, sedangkan untuk himpunan semesta dengan persegi panjang. Anggota suatu himpunan dinyatakan dengan noktah di dalam daerah lengkungan tertutup itu.
Contoh: diketahui himpunan-himpunan K = {1, 2, 3, 4, 5} L = {4, 5, 6, 7, 9} dengan himpunan semesta S = {1, 2, 3, .....,10}. Gambarlah diagram Venn- nya
Jawab:
S .8 .10
  1. Operasi Himpunan
                1. Irisan dua himpunan
Jika pada operasi bilangan kita mengenal lambang operasi yaitu +, - , , maka pada himpunan pun dikenal operasi antara dua himpunan. Diantaranya adalah operasi “irisan” yang dilambangkan dengan “
Contoh:
S
Jika A = {2, 3, 5, 7} dan B = {1, 3, 5, 6} maka A B = {3,5}.
                1. Gabungan
Andaikan diketahui himpunan-himpunan P dan Q. Gabungan P dan Q ditulis P Q, didefinisikan sebagai himpunan semua objek yang merupakan anggota P dan Q.
Contoh: A = {1, 2, 3, 4} B = {2, 3, 5}. Tentukan A B.
Jawab: A B = {1, 2, 3, 4, 5}. Diagram Venn-nya adalah: 12
S
                1. Selisih dua himpunan
Selisih dua himpunan A terhadap B, yaitu suatu himpunan yang anggotanya himpunan A dan tidak merupakan anggota himpunan B, ditulis: A – B = { A dan x B}.
                1. Komplemen suatu himpunan
Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggotanya selain anggota himpunan A, tetapi masih merupakan anggota himpunan S, ditulis:
Ac = A = {x A dan x S}.13
  1. Kerangka Berpikir
Materi himpunan, khususnya mengenai penyajian diagram Venn di MTs NU Al Hidayah masih sulit dipahami oleh peserta didik. Hal ini disebabkan oleh belum tersedianya alat peraga sebagai pendukung pembelajaran sehingga berakibat penjelasan pendidik tidak maksimal. Pembelajaran juga hanya menggunakan metode ekspositori sehingga peserta didik yang kurang memahami materi semakin jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut data yang penulis terima, ada 17 dari 38 peserta didik pada satu kelas dalam materi ini yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Materi himpunan ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya himpunan peserta didik yang gemar dengan pelajaran matematika. Pendekatan yang bisa digunakan untuk lebih mengkontekstualkan materi adalah model pembelajaran RME. Model pembelajaran ini akan mengajarkan peserta didik untuk lebih berfikir nyata, sehingga akan membantu peserta didik dalam memahami materi.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung saat pendidik memberikan latihan soal kepada peserta didik, biasanya mereka memecahkannya sendiri sehingga yang kurang bisa memahami materi akan semakin kesulitan dalam memecahkan soal. Pendekatan yang bisa digunakan dalam masalah ini adalah model pembelajaran TPS. Model pembelajaran ini melatih peserta didik untuk saling berbagi dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi akan terbantu. Materi himpunan juga cocok dengan menggunakan model pembelajaran TPS.
Diantara teori belajar adalah teori belajar yang dikemukakan Albert Bandura Modelling dan Observational Learning. Teori belajar ini masih memandang adanya reward dan punishment. Dalam pembelajaran saat pendidik menjelaskan materi tentu tidak semua peserta didik memperhatikan penjelasan dari pendidik. Dengan penerapan teori ini peserta didik yang mendapatkan reward akan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar, dan peserta didik yang lain akan termotivasi juga untuk lebih memperhatikan penjelasan dari pendidik sehingga tidak mendapatkan punishment. Dan dengan penerapan teori ini pada dua model pembelajaran diatas akan semakin menjadikan proses pembelajaran berlangsung efektif dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti hasil belajar yang mana lebih baik antara peserta didik yang diberikan dengan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Untuk itu peneliti membagi dua kelas eksperimen. Sebelum memberikan perlakuan sampel terlebih dahulu diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan dasarnya.
Selanjutnya sampel diberikan perlakuan kelas eksperimen I diberikan model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Dan kelas eksperimen II diberikan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Setelah berakhir perlakuan subjek diberikan post test (tes akhir). Untuk mengetahui hasil akhir dilakukan perhitungan statistik dan bantuan software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Dari perhitungan statistik dan bantuan SPSS diperoleh kesimpulan hipotesis diterima atau ditolak.
  1. Hipotesis Penelitian
Pengertian dari hipotesis ini bisa juga dikatakan sebagai asumsi atau dugaan sementara yang harus diuji lebih lanjut. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho : Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning.
Hi : Tidak Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning.
  1. Metodologi Penelitian
Secara harfiah metode berarti cara atau jalan yang harus ditempuh. Sedang menurut istilah sehubungan dengan penulisan ilmiah, maka metode berarti cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 14
  1. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi dan menjadi obyek penelitian.15 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
                1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning (eksperimen I) dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning (eksperimen II).
                1. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.
  1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs NU Al Hidayah Tahun Pelajaran 2010/2011. Sesuai dengan permasalan penelitian ini maka sampel yang dibutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, dimana pada kelas eksperimen I akan diterapkan Model Pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning sedangkan pada kelas eksperimen II diterapkan Model Pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning.
Agar terdapat sampel yang resentatif yaitu sampel yang dapat mewakili populasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Mengambil nilai ulangan matematika pada materi sebelumnya.
  2. Menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi dari nilai matematika untuk masing kelas populasi.
  3. Melakukan uji homogenitas varians populasi. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah populasi mempunyai varians yang sama.
Menentukan derajat kebebasan (dk) setiap sumber variansi, terdiri dari rata-rata dengan dk =1, antar kelompok dengan dk = (k-1), dalam kelompok dengan dk = dan untuk total dk = .16
Apabila populasinya bersifat homogen dan rata-ratanya sama, maka dapat dilakukan teknik random sampling. Cara pengambilannya teknik kombinasi dari 3 kelas yang disusun, kemudian diambil secara acak satu pasang kelas sampel eksperimen I dan eksperimen II dilakukan dengan pengundian.
  1. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian ini berkaitan dengan penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS.
Dalam proses pembelajaran penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada model pembelajaran RME langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Pendidik menarik perhatian peserta didik dengan menunjukkan alat peraga gambar himpunan dalam diagram venn (perhatian).
  2. Pendidik memberikan soal realistik yang berhubungan dengan materi.
  3. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
  4. Peserta didik mengerjakan soal yang telah diberikan.
  5. Melakukan presentasi kelompok dengan perwakilan satu orang tiap kelompoknya.
  6. Pendidik bersama peserta didik menarik kesimpulan.
  7. Pendidik menunjukkan langkah yang tepat dalam mengerjakan soal.
  8. Pendidik membubarkan kelompok.
  9. Pendidik mencontohkan soal tentang materi.
  10. Pendidik menunjuk salah satu peserta didik untuk mengulangi apa yang telah dicontohkan (retensi).
  11. Peserta didik mengerjakan LKS (reproduksi).
  12. Pendidik bersama peserta didik membahas soal yang telah dikerjakan.
  13. Pendidik memberikan PR.
  14. Pendidik memberi motivasi peserta didik untuk mempelajari kembali materi.
Sedangkan penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada model pembelajaran TPS langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Pendidik menarik perhatian peserta didik dengan menunjukkan alat peraga gambar himpunan dalam diagram Venn (perhatian).
  2. Pendidik menjelaskan materi.
  3. Pendidik mencontohkan soal tentang materi.
  4. Pendidik menunjuk salah satu peserta didik untuk mengulangi apa yang telah dicontohkan (retensi).
  5. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
  6. Pendidik memberikan tugas kelompok.
  7. Beri kesempatan individu dalam kelompok mencoba mencoba memikirkan penyelesaian tugas tersebut kira-kira 5 menit.
  8. Lanjutkan dengan kerja berpasangan (pair) dalam kelompoknya (reproduksi).
  9. Lakukan presentasi kelompok.
  10. Pendidik bersama peserta didik membahas soal yang telah dikerjakan.
  11. Pendidik memberikan PR.
  12. Pendidik memberikan motivasi untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan (motivasi).
  1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan metode:
    1. Metode Observasi
Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.17 Dalam hal ini observasi yang dilakukan adalah untuk memperoleh data tentang situasi dan proses pembelajaran di MTs NU Al Hidayah Kudus.
    1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.18
Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang prestasi belajar Matematika dalam rapor.
    1. Metode Tes
Untuk mengukur data atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.19 Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa post test.
  1. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
    1. Analisis Data Awal
Sebelum peneliti menentukan teknik analisis statistik yang digunakan terlebih dahulu keabsahan sampel. Cara yang digunakan dengan uji normalitas dan uji homogenitas:
(1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk menguji apakah data berasal dari populasi berada di bawah distribusi normal atau tidak. Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data-data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode statistik yang digunakan. Jika data berdistribusi normal dapat digunakan metode statistik parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan metode nonparametrik. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat.
Hipotesis yang digunakan untuk uji nomalitas
Ho = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
  1. Menyusun data dalam tabel distribusi frekuensi.
Menentukan banyaknya kelas interval k dengan rumus:20
k = 1+ 3,3 log n
n = banyaknya objek penelitian
interval
  1. Menghitung rata- rata21
  1. Menghitung variansi dengan rumus:22
  1. Mencari harga z, skor dari setiap batas kelas X dengan rumus:23
  1. Menghitung frekuensi yang diharapkan (Oi) dengan cara mengalikan besarnya ukuran sampel dengan peluang atau luas daerah dibawah kurva normal untuk interval yang bersangkutan.
  2. Menghitung statistik Chi-Kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
X2 = Chi-Kuadrat
Oi = Frekuensi yang diperoleh dari data penelitian
Ei = Frekuensi yang diharapkan
k = Banyaknya kelas interval
Kriteria pengujian jika hitung tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf signifikan 5% maka akan berdistribusi normal.24
Disamping perhitungan di atas untuk mengetahui data berdistribusi normal akan dibantu dengan bantuan software SPSS dengan hipotesis yang sama.
        1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut.
H0 :, artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama.
Ha :, artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak sama.
Untuk uji homogenitas ini digunakan uji Bartlett, dengan rumus:
  1. menentukan variansi gabungan dari semua sampel
(b) menentukan harga satuan B
(c) menentukan statistika
Dengan derajat kebebasan (dk) = k-1 dan taraf signifikasi maka kriteria pengujiannya adalah jika berarti Ho diterima, dan dalam hal lainnya Ho ditolak.25
Disamping perhitungan di atas, uji homogenitas juga akan dibantu dengan software SPSS. Dengan hipotesis yang sama, dan dasar pengambilan keputusannya yaitu:
H0 diterima jika nilai Sig. > 0.05
Ho ditolak jika nilai Sig. < 0.05.26
    1. Analisis Intrumen
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data berupa lembaran tes hasil belajar. Materi tes soal berupa soal uraian yang terdapat pada materi pokok himpunan. Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa tes objektif yang memenuhi kriteria validitas, tingkat kesukaran, dan beda, dan reliabilitas. Tes yang dilakukan dalam penelitian yaitu tes akhir. Tes akhir dilakukan setelah berakhirnya rangkaian pembelajaran pada kedua kelas sampel.
      1. Validitas tes
Penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu penguji validitas yang dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang digunakan. Validitas empiris dapat diketahui dengan uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment, rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
= koefisien korelasi tiap item
= banyaknya subyek uji coba
= jumlah skor item
= jumlah skor total
= jumlah kuadrat skor item
= jumlah kuadrat skor total
= jumlah perkalian skor item dan skor total
Harga menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna yaitu:
  1. Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang terdapat di belakang koma. Jika angka tersebut terlalu kecil sampai empat angka di belakang koma, maka dapat dianggap bahwa antara variabel X dengan variabel Y, angkanya terlalu kecil, lalu angkanya diabaikan.
Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X dengan nilai variabel Y. Arah dari korelasi ditunjukkan oleh tanda hitung yang ada di depan indeks. Jika tandanya (), maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (), maka arah korelasinya negatif.
Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat dan tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel yang diukur korelasinya.27
Koefisien korelasi bergerak antara rentangan 1 sampai dengan +1. Angka korelasi 1 menunjukkan hubungan negatif yang mutlak, dan +1 menunjukkan hubungan positif yang mutlak. Jika menunjukkan angka 0 maka koefisien menunjukkan tidak ada hubungan.28
Setelah diperoleh nilai selanjutnya dibandingkan dengan hasil r pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5 %. Butir soal dikatakan valid jika
      1. Reliabilitas soal
Reliabiltas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian adalah rumus Alpha, yaitu:
Keterangan:
: reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau soal
: jumlah varians tiap-tiap butir
: varians total
Dengan rumus varians dapat diperoleh dengan jalan menjumlahkan varians dari item soal, rumus varians yaitu:
Keterangan:
Xi : Skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir.
N : Jumlah peserta tes.
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien realibilitas tes ( pada umumnya digunakan patokan:
  1. Apabila sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes yang sedang diuji realibilitasnya dinyatakan telah memiliki realibilitas tinggi.
  2. Apabila lebih kecil dari pada 0,70 berarti tes yang sedang diuji realibilitasnya dinyatakan belum memiliki realibilitas tinggi.29
      1. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian, digunakan rumus sebagai berikut.
Tingkat Kesukaran
dimana,
Mean
Pada penelitian ini untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran digunakan tolak ukur sebagai berikut.
0,00 – 0,30 soal tergolong sukar.
0,31 – 0,70 soal tergolong sedang.
0,71 – 1,00 soal tergolong mudah. 30
      1. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Untuk perhitungan kelompok tes dibagi 2 sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus uji t, yaitu:31
t =
Keterangan:
MH = rata-rata dari kelompok atas
ML = rata-rata dari kelompok bawah
= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
ni = 27 % x N (jumlah peserta tes kelas atas atau bawah)
N = jumlah peserta tes
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel, dk = (–1)+ ( – 1) dan = 5% jika thitung > ttabel maka daya beda soal tersebut signifikan.
    1. Analisis Data Akhir
      1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada analisis data akhir langkah-langkahnya sama seperti uji normalitas pada analisis data awal.
      1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada analisis data akhir langkah-langkahnya sama seperti uji homogenitas pada analisis data awal
      1. Uji Hipotesis
Jika kedua sampel normal dan homogen maka untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Uji t yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua keadaan atau dua kelas sampel yaitu peserta didik yang diberikan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:
        1. Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu:
:
:
        1. Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji t dua pihak.
        2. Menentukan taraf signifikan yaitu α = 5%.
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila , di mana diperoleh dari daftar distribusi Student dengan peluang dan dk =
        1. Menentukan statistik hitung menggunakan rumus:
dengan
Keterangan:
= rata-rata data kelas eksperimen
= rata-rata data kelas kontrol
n1 = banyaknya data kelas eksperimen
n2 = banyaknya data kelas kontrol
s2 = simpangan baku gabungan
Menarik kesimpulan yaitu jika , maka kedua kelas mempunyai rata-rata sama.32
Uji hipotesis ini juga akan dibantu dengan bantuan software SPSS dengan hipotesis yang sama. Dan dasar pengambilan keputusannya yaitu:
  1. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan tentang isi skripsi ini terdiri dari masing-masing bab yang saling berurutan dalam penyusunan skripsi. Dan disini penulis membagi penulisan skripsi menjadi lima bab, yaitu:
Bab I: Pendahuluan, bab ini membahas gambaran secara global mengenai seluruh isi dari skripsi ini yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
Bab II: Landasan teori, bab ini berisi landasan teori yang berkaitan dengan skripsi, yaitu hakikat belajar, hasil belajar, model pembelajaran RME, model pembelajaran TPS, teori belajar Modelling dan Observational Learnig, dan materi pokok Himpunan.
Bab III: Metodologi penelitian, terdiri dari waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, teknik analisis data.
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya dalam diskripsi.
Bab V: Penutup, berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup sebagai akhir dalam penulisan skripsi.
1 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm.88
2 Amin Suyitno, Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I, (Handout Dipergunakan untuk perkulihan Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES, 2006), hlm.36-37.
3Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: PRESTASI PUSTAKA, 2007), hlm.61
4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.135
5Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi), (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2003), Cet. 4, hlm.21.
7 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 268
8Laeliyatul Marzuqoh, Skripsi (Efektifitas Model Pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Garis dan Sudut Semester II Kelas VII MTs Aswaja Bumi Jawa Tegal Tahun Ajaran 2007/2008), IAIN Walisongo Semarang.
9Rohmat Afendi, Skripsi (Penerapan Model RME (Realistic Mathematic Education) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Semester I Kelas IX A SMP NU 07 Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010), IAIN Walisongo Semarang
10Sukoco, Skripsi ( Implementasi Model Pembelajaran Realistic Mathemathic Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII D MTs Ribatul Mutaallimin Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Persamaan Linier Satu Variabe)l, Universitas Negeri Semarang.
11Isti Rahmayani, Skripsi (Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta didik KelasVII SMP Negeri 4 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Pecahan), Universitas Negeri Semarang.
12Damiri dkk, Matematika SMP Kelas VII, (Pemerintah Kabupaten Kudus,2004), hlm.109-129
13Anwar, Konsep Jitu Matematika SMP untuk Kelas 1, 2, dan 3, (Jakarta: WahyuMedia, 2008), hlm. 85-86
14 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat,( Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 7
15Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm.116
16 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Transito, 2005), hlm. 302-305.
17Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 76
18 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 231
19 Ibid, hlm.223
20Sudjana, op.cit, hlm.47
21 Ibid, hlm. 67
22 Ibid, hlm. 95
23 Ibid, hlm.99
24 Ibid, hlm.273
25 Ibid, hlm. 263
26 Agung Handayanto, Pemrograman Komputer 2 (Olah Data Statistik dengan SPSS), (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009), hlm.33.
27Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 170-171
28Suharsimi Arikunto , Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),Ed.2, Cet.2., hlm.161-162
29Anas Sudjiono, op.cit, hlm.207-209
30 Suharsimi Arikunto,op.cit, hlm.207-210
31Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm.141
32 Sudjana, op.cit, hlm.239